Senin, 30 Juni 2014

PELATIHAN RESUSITASI NEONATUS STANDARD AAF/ AHA

SERU DAN MENEGANGKAN



Pendahuluan
Diperkirakan 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk bernapas pada saat lahir dan 1% saja yang membutuhkan resusitasi yang ekstensif. Penilaian awal saat lahir harus dilakukan pada semua bayi. Penilaian awal itu ialah: apakah bayi cukup bulan, apakah bayi menangis atau bernapas, dan apakah tonus otot bayi baik. Jika bayi lahir cukup bulan, menangis, dan tonus ototnya baik, bayi dikeringkan dan Dipertahankan tetap hangat. Hal ini dilakukan dengan bayi berbaring di dada ibunya dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi yang tidak memenuhi kriteria tersebut, dinilai untuk dilakukan satu atau lebih tindakan secara berurutan di bawah ini:
  1. Langkah awal stabilisasi (memberikan kehangatan, membersihkan jalan napas jika diperlukan, mengeringkan, merangsang)
  2. Ventilasi
  3. Kompresi dada
  4. Pemberian epinefrin dan/atau cairan penambah volume
Diberikan waktu kira-kira 60 detik (the Golden Minute) untuk melengkapi langkah awal, menilai kembali, dan memulai ventilasi jika dibutuhkan. Penentuan ke langkah berikut didasarkan pada penilaian simultan dua tanda vital yaitu pernapasan dan frekuensi denyut jantung. Setelah ventilasi tekanan positif (VTP) atau setelah pemberian oksigen tambahan, penilaian dilakukan pada tiga hal yaitu frekuensi denyut jantung, pernapasan, dan status oksigenasi. 
Setelah publikasi tahun 2005, telah diidentifikasi beberapa kontroversi dan pada tahun 2010 dibuat kesepakatan. Berikut ini adalah rekomendasi utama untuk resusitasi neonatus:
  • Penilaian setelah langkah awal ditentukan oleh penilaian simultan dua tanda vital yaitu frekuensi denyut jantung dan pernapasan. Oksimeter digunakan untuk menilai oksigenasi karena penilaian warna kulit tidak dapat diandalkan.
  • Untuk bayi yang lahir cukup bulan sebaiknya resusitasi dilakukan dengan udara dibanding dengan oksigen 100%. 
  • Oksigen tambahan diberikan dengan mencampur oksigen dan udara (blended oxygen) , dan pangaturan konsentrasi dipandu berdasarkan oksimetri.
  • Bukti yang ada tidak cukup mendukung atau menolak dilakukannya pengisapan trakea secara rutin pada bayi dengan air ketuban bercampur mekonium, bahkan pada bayi dalam keadaan depresi (lihat keterangan pada Langkah Awal).
  • Rasio kompresi dada dan ventilasi tetap 3:1 untuk neonatus kecuali jika diketahui adanya penyebab jantung. Pada kasus ini rasio lebih besar dapat dipertimbangkan.
  • Terapi hipotermia dipertimbangkan untuk bayi yang lahir cukup bulan atau mendekati cukup bulan dengan perkembangan kearah terjadinya ensefalopati hipoksik iskemik sedang atau berat, dengan protokol dan tindak lanjut sesuai panduan.
  • Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika tidak terdeteksi detak jantung selama 10 menit. Banyak faktor ikut berperan dalam keputusan melanjutkan resusitasi setelah 10 menit.
  • Penjepitan talipusat harus ditunda sedikitnya sampai satu menit untuk bayi yang tidak membutuhkan resusitasi. Bukti tidak cukup untuk merekomendasikan lama waktu untuk penjepitan talipusat pada bayi yang memerlukan resusitasi.
Langkah Awal
Langkah awal resusitasi ialah memberikan kehangatan dengan meletakkan bayi di bawah pemancar panas, memposisikan bayi pada posisi menghidu/sedikit tengadah untuk membuka jalan napas, membersihkan jalan napas jika perlu, mengeringkan bayi, dan stimulasi napas.
Membersihkan jalan napas:
  1. Jika cairan amnion jernih. 
    Pengisapan langsung segera setelah lahir tidak dilakukan secara rutin, tetapi hanya dilakukan bagi bayi yang mengalami obstruksi napas dan yang memerlukan VTP. 
  2. Jika terdapat mekonium. 
    Bukti yang ada tidak mendukung atau tidak menolak dilakukannya pengisapan rutin pada bayi dengan ketuban bercampur mekonium dan bayi tidak bugar atau depresi. Tanpa penelitian (RCT), saat ini tidak cukup data untuk merekomendasikan perubahan praktek yang saat ini dilakukan. Praktek yang dilakukan ialah melakukan pengisapan endotrakeal pada bayi dengan pewarnaan mekonium yang tidak bugar. Namun, jika usaha intubasi perlu waktu lama dan/atau tidak berhasil, ventilasi dengan balon dan sungkup dilakukan terutama jika terdapat bradikardia persisten.
Menilai kebutuhan oksigen dan pemberian oksigen
Tatalaksana oksigen yang optimal pada resusitasi neonatus menjadi penting karena adanya bukti bahwa baik kekurangan ataupun kelebihan oksigen dapat merusak bayi. Persentil oksigen berdasarkan waktu dapat dilihat pada gambar algoritma. 
Penggunaan oksimetri nadi (pulse oximetry) direkomendasikan jika:
  • Resusitasi diantisipasi
  • VTP diperlukan lebih dari beberapa kali napas
  • Sianosis menetap
  • Oksigen tambahan diberikan.
Pemberian oksigen tambahan
Target saturasi oksigen dapat dicapai dengan memulai resusitasi dengan udara atau oksigen campuran (blended oxygen) dan dilakukan titrasi konsentrasi oksigen untuk mencapai SpO2 sesuai target. Jika oksigen campuran tidak tersedia, resusitasi dimulai dengan udara kamar. Jika bayi bradikardia (kurang dari 60 per menit) setelah 90 detik resusitasi dengan oksigen konsentrasi rendah, konsentrasi oksigen ditingkatkan sampai 100% hingga didapatkan frekuensi denyut jantung normal. 
Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
Jika bayi tetap apnu atau megap-megap, atau jika frekuensi denyut jantung kurang dari 100 per menit setelah langkah awal resusitasi, VTP dimulai.
Pernapasan awal dan bantuan ventilasi
Bantuan ventilasi harus diberikan dengan frekuensi napas 40 – 60 kali per menit untuk mencapai dan mempertahankan frekuensi denyut jantung lebih dari 100 per menit. Penilaian ventilasi awal yang adekuat ialah perbaikan cepat dari frekuensi denyut jantung. 
Tekanan akhir ekspirasi
Banyak ahli merekomendasikan pemberian continuous positive airway pressure (CPAP) pada bayi yang bernapas spontan tetapi mengalami kesulitan setelah lahir. Penggunaan CPAP ini baru diteliti pada bayi prematur. Untuk bayi cukup bulan dengan gawat napas, tidak ada cukup bukti untuk mendukung atau tidak mendukung penggunaan CPAP di ruang bersalin.
Alat untuk ventilasi
Alat untuk melakukan VTP untuk resusitasi neonatus adalah Balon Tidak Mengembang Sendiri (balon anestesi), Balon Mengembang Sendiri, atau T-piece resuscitator. Laryngeal Mask Airway (LMA; sungkup larings) disebutkan dapat digunakan dan efektif untuk bayi >2000 gram atau ≥34 minggu. LMA dipertimbangkan jika ventilasi dengan balon sungkup tidak berhasil dan intubasi endotrakeal tidak berhasil atau tidak mungkin. LMA belum diteliti untuk digunakan pada kasus air ketuban bercampur mekonium, pada kompresi dada, atau untuk pemberian obat melalui trakea.
Pemasangan intubasi endotrakeal
Indikasi intubasi endotrakeal pada resusitasi neonatus ialah:
  • Pengisapan endotrakeal awal dari bayi dengan mekonium dan tidak bugar.
  • Jika ventilsi dengan balon-sungkup tidak efektif atau memerlukan waktu lama.
  • Jika dilakukan kompresi dada.
  • Untuk situasi khusus seperti hernia diafragmatika kongenital atau bayi berat lahir amat sangat rendah.
Kompresi dada
Indikasi kompresi dada ialah jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per menit setelah ventilasi adekuat dengan oksigen selama 30 detik. Untuk neonatus, rasio kompresi:ventilasi tetap 3:1. Pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan oksigenasi harus dinilai secara periodik dan kompresi – ventilasi tetap dilakukan sampai frekuensi denyut jantung sama atau lebih dari 60 per menit. 
Medikasi
Obat-obatan jarang digunakan pada resusitasi bayi baru lahir. Namun, jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per menit walaupun telah diberikan ventilasi adekuat dengan oksigen 100% dan kompresi dada, pemberian epinefrin atau pengembang volume atau ke duanya dapat dilakukan. 
Epinefrin
Epinefrin direkomendasikan untuk diberikan secara intravena dengan dosis intrvena 0,01 – 0,03 mg/kg. Dosis endotrakeal 0,05 – 1,0 mg/kg dapat dipertimbangkan sambil menunggu akses vena didapat, tetapi efektifitas cara ini belum dievaluasi. Konsentrasi epinefrin yang digunakan untuk neonatus ialah 1:10.000 (0,1 mg/mL). 
Pengembang volume
Pengembang volume dipertimbangkan jika diketahui atau diduga kehilangan darah dan frekuensi denyut jantung bayi tidak menunjukkan respon adekuat terhadap upaya resusitasi lain. Kristaloid isotonik atau darah dapat diberikan di ruang bersalin. Dosis 10 mL/kg, dapat diulangi. 
Perawatan pasca resusitasi
Bayi setelah resusitasi dan sudah menunjukkan tanda-tanda vital normal, mempunyai risiko untuk perburukan kembali. Oleh karena itu setelah ventilasi dan sirkulasi adekuat tercapai, bayi harus diawasi ketat dan antisipasi jika terjadi gangguan.
Nalokson
Nalokson tidak diindikasikan sebagai bagian dari usaha resusitasi awal di ruang bersalin untuk bayi dengan depresi napas. 
Glukosa
Bayi baru lahir dengan kadar glukosa rendah mempunyai risiko yang meningkat untuk terjadinya perlukaan (injury) otak dan akibat buruk setelah kejadian hipoksik iskemik. Pemberian glukosa intravena harus dipertimbangkan segera setelah resusitasi dengan tujuan menghindari hipoglikemia.
Hipotermia untuk terapi
Beberapa penelitian melakukan terapi hipotermia pada bayi dengan umur kehamilan 36 minggu atau lebih, dengan ensefalopatia hipoksik iskemik sedang dan berat. Hasil penelitian ini menunjukkan mortalitas dan gangguan perkembangan neurologik yang lebih rendah pada bayi yang diberi terapi hipotermia dibanding bayi yang tidak diberi terapi hipotermia. Penggunaan cara ini harus menuruti panduan yang ketat dan dilakukan di fasilitas yang memadai.
Penghentian resusitasi
Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika tidak terdeteksi detak jantung selama 10 menit. Banyak faktor ikut berperan dalam keputusan melanjutkan resusitasi setelah 10 menit.
RUJUKAN:
  1. Wyllie J, et al. Part 11: Neonatal Resuscitation. 2010 International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science with Treatment Recommendations. Resuscitation 2010;81S:e260-e287.
  2. Kattwinkel J et al. Special Report Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Pediatrics 2010;126:e1400-e1413.

Kamis, 01 Agustus 2013

Hand Out Hiperemesis Gravidarum


RELAKTASI DAN INDUKSI LAKTASI

ASI

Tidak dapat di pungkiri lagi bahwa ASI merupakan anugrah terindah bagi bayi yg lahir ke dunia ini, sebab di dalam ASI terkandung begitu banyak zat-zat makanan bergizi serta bayi memperoleh banyak keuntungan seperti faktor anti infeksi dan faktor pertumbuhan, dsb.Susu formula dalam bentuk atau dengan  harga yang fantastis tidak mampu menggantikan ASI, contoh kecil saja; kandungan lemak dalam ASI mengandung lipase yang berfunsi untuk mencerna, lipase ini tidak terdapat pada susu formula sehingga jangan heran jika bayi yang mendapat susu formula sering mengalami gangguan pencernaan.

hal-hal penting inilah yang kami dapatkan pada saat pelatihan konsseling menyusui sekitar 2 bulan yang lalu, bukan hal penting itu saja namun kami juga dikenalkan istilah baru dalam ASI seperti pada judul tulisan ini yaitu Relaktasi dan Induksi Laktasi. saya ingin sekedar berbagi dengan teman-teman .

RELAKTASI

sering kita mendengar dan menyaksikan banyak bayi yang sebelumnya pernah menyusu ASI pada payudara ibunya kemudian berhenti menyusu sebelum umur 2 tahun sungguh sungguh sangat disayangkan. bayi dapat kembali menyusu pada ibu dengan cara relaktasi. relaktasi merupakan upaya untuk memberikan ASI kembali pada bayi yang sudah tidak menyusu. Ibu  yang sesekali masih menyusui, pasokan ASI akan meningkat dalam beberapa hari tapi bila ibu sudah benar- benr berhenti menyusui memerlukan waktu lebih lama .relaktasi juga lebih muda pada bayi yang usianya masih muda (< 2 bulan) dibanding usia lebih tua(> 6 bulan). Namun relaktasi masih mungkin pada usia bayi berapa saja. 

ibu yang sudah bertahun-tahun tidak menyusui pun masih bisa menghasilkan ASI, bahkan nenek yang sudah menopause sekalipun tetap bisa relaktasi.motivasi serta rasa percaya diri ibu untuk menyusui dan Isapan bayi yang terus menerus akan mengaktifkan  hormon oksitosin ( hormon kasih sayang) yang merangsang ASI keluar dari sinus-sinus lactiferus.

INDUKSI LAKTASI
kata induksi lebih sering kita dengar pada persalinan, prinsipnya hampir sama dengan induksi persalinan. seorang perawan yang belum pernah melahirkan bisa juga menyusui dengan cara menyusui secara terus menerus. karena adanya oksitosin yang terangsang keluar pada saat bayi mengisap puting susu akan mengalirkan ASI dari payudara. jangan kuair susu perawan ini dalam komposisi maupun kandungan gizi nya bagus untuk bayi tergantung dari makanan yang di konsumsi wanita tersebut. Karena tidak menutup kemungkinan kita menemukan bayi yang ibu kandungny tidak bisa memberi ASI misalnya sakit ,   mninggal dunia atau bayi adopsi.

CARA MENGGUNAKAN ALAT BANTU DALAM RELAKTASI DAN INDUKSI LAKTASI

1. memakai pipa lambung dan cangkir untuk tempat susu
2. membuat lubang kecil pada sisi pipa , dekat ujung bagian yg dekat mulut bayi
3. menyiapkan secangkir susu (ASI atau PASI) sesuai kebutuhan bayi untuk 1 kali pemberian
4. meletakkan salah satu ujung pipa pada puting susu, sehingga bayi menyusu payudara dan pipa secara bersamaan, rekat kan pipa pada payudara
5. membuat sebuah simpul pada pipa untuk megendalikan aliran susu sehingga bayi tidak terlalu cepat selesai menyusu
6. mengontrol aliran susu, sebaiknya bayi menyusu selama lebih kurang 30 menit tiap kali menyusu,
7. membiarkan bayimenyusu kapan saja ia mau
membersihkan dan menyetrilkan pipa dan cangkir setiap selesai menggunakan,..selamat mencoba

referensi : Depkes RI ,akarta 2007.  pelatihan konseling menyusui, Dirjen Binkesmas.





Kamis, 10 Januari 2013

Hand Out Dok Bid


HAND OUT
              MODEL  SOAPIED  DAN SOAPIER DALAM DOKUMENTASI KEBIDANAN

1.    Dokumentasi kebidanan
Adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Bidan,dokter,perawat dan petugas kesehatan lain).
2.    Manajemen kebidanan
Adalah Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuanpenemuan, ketrampilan dalam rangkaian /tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien(varney,1997)
3.     Proses Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan

*       Tujuh langkah Varney dalam SOAP

a.    Subjektif (Varney langkah 1)
Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (ekspresi mengenai kekhawatiran dan keluhannya).  Pada orang yang bisu, di belakang data diberi tanda “0” atau “X”.  
b.    Objektif (Varney langkah 1)
Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain dan informasi dari keluarga atau orang lain
c.    Assessment (varney angkah 2, 3, 4)
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data subjektif dan objektif
1)    Diagnosis
2)    Diagnosa/masalah potensial
3)    Antisipasi diagnosa/masalah potensial dan tindakan segera

d.    Planning (Varney langkah 5, 6, 7)
Pendokumentasian rencana , tindakan (I) dan evaluasi (E), meliputi: asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling dan follow up
4.    CATATAN PERKEMBANGAN PASEN
  • Ada beberapa bentuk format dokumentasi yang dapat digunakan bidan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah klien.
  • Model SOAPIED dan SOAPIER sering digunakan dalam catatan perkembangan pasien. Bentuk penerapan adalah sebagai berikut.
a.    SOAPIER  (Subjektif, Objektif, Assessment, Planning, Implementasi, Evaluasi, Reassessment )
Format SOAPIER lebih tepat digunakan apabila rencana pasien ada yang akan dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan .
·         Subjektif
o    Data dari klien yang diperoleh dari anamnese atau allo anamnese
o    Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (ekspresi mengenai kekhawatiran dan keluhannya)
o    Pada orang yang bisu, di belakang data diberi tanda “0” atau “X”
·          Objektif
o    Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain, catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain
·         Assessment
o    Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif (kesimpulan)
§  Diagnosis/masalah
§  Diagnosa/masalah potensial
§  Antisipasi diagnosa/masalah potensial dan tindakan segera
·          Planning
o    Rencana asuhan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data
·         Implementasi
o    Pelaksanaan tindakan sesuai rencana yang etlah disusun
·         Evaluasi
o    Menilai hasil pelaksanaan tindakan
·         Reassessment
o    Melakukan pengumpulan data kembali, jika hasil pelaksanaan tindakan tidak sesuai dengan yang diharapkan
   TANGGAL
        WAKTU
           MASALAH
                          SOAPIER
 7-9-2007
Jam  06.00
Luka infeksi post
secsio sesaria
S  :  Pasien mengeluh nyeri sekitar Luka 
       panas ketika dipalpasi
O :  Pada balutan luka terlihat ada pus/     
       nanah dan berbau
A :  Terjadi infeksi pada luka
P :  Lakukan perawatan luka
I  :  Basahi luka dengan NaCl 0,9% sesuai
       instruksi
E :  Luka masih bernanah
R :  Ganti balutan menjadi 2 kali/hari


                            Bidan



           Nama dan Tanda tangan





·          

b.    SOAPIED
·         Subjektif
o    Data dari klien yang diperoleh dari anamnese atau allo anamnese
o    Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (ekspresi mengenai kekhawatiran dan keluhannya)
o    Pada orang yang bisu, di belakang data diberi tanda “0” atau “X”
·         Objektif
o    Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain, catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain
·         Assessment
o    Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif (kesimpulan)
§  Diagnosis/masalah
§  Diagnosa/masalah potensial
§  Antisipasi diagnosa/masalah potensial dan tindakan segera
·           Planning
o    Rencana asuhan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data
·         Implementasi
o    Pelaksanaan tindakan sesuai rencana yang etlah disusun
·         Evaluasi
o    Menilai hasil pelaksanaan tindakan
·         Dokumentasi
Tindakan untuk mendokumentasikan seluruh langkah yang sudah dilakukan SOAPIED
Pada prinsipnya sama dengan keterangan diatas, hanya saja metode pendokumentasian ini dibuat lebih tereksplisit sehingga dapat benar-benar menggambarkan urutan kejadian dari pasien datang ke RS dengan keluhan yang ada sampai saat pasien pulang, baik karena sudah sembuh dari sakitnya ataupun karena pulang paksa serta alasan-alasan lain.

     TANGGAL

      WAKTU

          MASALAH

                                SOAP
7- 9 - 2007








 Jam 06.00

Luka infeksi post sectio sesaria

S : Pasien mengeluh rasa nyeri
     sekitar Luka, panas ketika  
     dipalpasi
O: Pada balutan luka terlihat
     Luka mulai mengering
A: Luka memperlihatkan tanda
    infeksi
P: Lakukan perawatan luka
I  :  Bersihkan  luka dengan betadin sesuai instruksi
E :  Luka tidak terlihat tanda peradangan dan mulai mengering


          
                       Bidan



         Nama dan tanda tangan






KESIMPULAN
Pada dasarnya sama dengan komponen yang terdapat pada metode SOAPIER, hanya saja pada SOAPIED untuk komponen REVISI tidak dicantumkan. SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip metode ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
1.  Dokumentasi kebidanan adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi   tentang   kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
2.  Data subjektif adalah data yang diperoleh langsung dari klien. Sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi, pemeriksaan dan informasi dari keluarga. Analisa adalah diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data subjektif dan data objektif. Implementasi adalah tindakan kebidanan yang dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang tertera pada “ Planning”. Evaluasi merupakan tafsiran dari hasil tindakan yang telah dilakukan, dan revisi merupakan tindakan yang dibuat dengan melihat hasil evaluasi.
3.   Metode pendokumentasian SOAPIER& SOAPIED
4.  SOAPIED dibuat dengan lebih tereksplisit. Sedangkan SOAPIER mencantumkan komponen REVISI digunakan apabila rencana pasien ada yang akan dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan.


REFERENSI :

·         Hidayat.AAA, 2008, Dokumentasi kebidanan, Salemba Medika , Jakarta
·         Saminem,.HJ, 2010,  Dokumentasi asuhan Kebidanan Konsep dan Praktik, EGC, Jakarta
·         http://ayurai.wordpress.com/2010/07/09/manajemen-dokumentasi-di-kebidanan/